Search This Blog

Feminisme Setengah Jalan?



Seorang pembahas kumpulan cerpen saya dari sudut ilmu komunikasi mengutarakan filosofinya, unsur dasar komunikasi yang terdiri dari komunikator, media, pesan dan komunikan. Dia menekankan pada sisi feminisme yang diangkat di kumpulan cerpen ini. Hasilnya ternyata dari 13 cerpen saya ada yang mengusung feminisme sosialis dan ada yang mengusung feminisme liberal.

Dosen penguji skripsinya mempertanyakan bagaimana mungkin penulis (saya) tidak mempunyai ideologi ini. "Apa memang kecenderungan orang jaman sekarang tidak peduli kepada ideologi?" Pembahas karya saya dapat menjawab dengan manis, cerpen-cerpen ini kan tidak menjadi satu kesatuan utuh yang besar sebagai novel, kalau berupa novel pasti penggambarannya lebih jelas secara umum arah yang dibawa penulis, ideologi feminismenya. Begitulah kira-kira, dalam bahasa saya sekarang.

Hal ini tidak diungkap dalam ujian lisan, tapi ada tertulis dalam skripsinya itu. Sedangkan pada saat ujian lisan yang terujar adalah memang dalam komunikasi, pesan yang tersampaikan kadang tidak seratus persen bisa sampai oleh karena adanya faktor kesalahan baik itu pada komunikator, media, kejelasan pesan maupun penerima pesan itu sendiri. Ini pun dalam bahasa saya.

Yang pasti wacana kritis Sara Mills yang dibawakan oleh Maria Dorotea dalam menganalisa kumpulan cerpen 13 Perempuan itu telah membawa suatu perubahan wacana minimal pada orang-orang yang terkait dengan kumpulan cerpen itu, baik penulis, pembaca, maupun lingkaran komunikan yang diberi sharing pada acara-acara selanjutnya bertajuk Male Feminism berdasar buku cerita terkait.